Sunday, April 21, 2013

Perkembangan kognitif anak



Teori Stadium Piaget

Walaupun sebagian besar orang tua mempengaruhi perubahan intelektual yang menyertai pertumbuhan fisik anak, mereka mungkin mengalami kesulitan dalam menjelaskan sifat perubahan tersebut. Cara ahli psikologi konteporer menjelaskan perubahan tersebut banyak oleh ahli psikologi swiss Jean Piaget (1896-1980), yang dikenal sebagai salah seorang pemikir yang paling berpengaruh dalam abad ini.
Piaget memandang anak sebagai partisipan aktif didalam proses perkembangan ketimbang sebagai resipien aktif perkembangan biologis atau stimuli eksternal. Jelasnya Piaget yakin bahwa anak harus dipandang seperti ilmuwan yang sedang mencari jawaban yang melakukan eksperimen terhadap dunia untuk melihat apa yang terjadi.
Hasil dari eksperimen miniatur itu menyebabkan anak menyusun “teori”-piaget menyebutkan schemata (atau tunggal, skema)- tentang bagaimana dunia fisik dan social beroperasi. Piaget juga berbeda dari ahli psikologi lain pada awal abad ini dalam metodologi eksperimentalnya. Ia mulai mengobservasi ketiga anak kandungnya sendiri pada saat mereka bermain, sambil seringkali mengajukan pertanyaan kepada mereka masalah ilmu pengetahuan dan moral sederhana dan meminta mereka untuk menjelaskan bagaimana mereka mendapatkan jawaban itu.
Berdasarkan observasinya, Piaget menjadi yakin bahwa kemampuan bernalar atau berpikir anak berkembang melalui sejumlah stadium yang berbeda secara kualitatif bersamaan dengan kematangan mereka. Ia membagi perkembangan kognitif menjadi stadium utama dan sejumlah sub stadium didalam masing-masingnya.
Stadium Sensorimotorik
Dengan memperhatikan saling keterkaitan antara aktivitas motorik dan persepsi pada bayi, Piaget menamakan 2 tahun pertama kehidupan sebagai stadium sensorikmotorik. Bayi sibuk menemukan hubungan antara tindakan mereka dan konsekuensi dari tindakan itu. Misalnya, apa yang terjadi jika mereka mendorong makanan keluar dari meja.
Melalui eksperimen yang tak terhitung banyaknya, bayi mulai membentuk konsep diri mereka sebagai terpisah dari dunia luar. Penemuan penting selama stadium ini adalah konsep permanensi objek (kepermanenan objek), suatu kesadaran bahwa objek terus ada walaupun tidak tertangkap oleh indera. Jika sebuah kain diletakkan diatas mainan yang akan diraih oleh bayi berusia 8 bulan, maka bayi itu akan segera berhenti untuk mencari mainan tersebut dan kehilangan minat. Tetapi bayi tersebut tampaknya tidak terkejut atua tidak sedikitpun merasa kehilangan benda atau mainan yang telah disembunyikan.
Sebaliknya, seorang bayi berusia 10 bulan jika mengalami peristiwa tersebut maka akan muncul perilaku yang berbeda yaitu bayi tersebut akn secara aktif mencari mainan yang telah ditutupi dengan kain. Karena pada usia tersebut bayi sudah mulai menyadari adanya suatu objek walauoun sudah tidak tertangkap oleh indera. Ini menyatakan bahwa bayi memiliki representasi mental tentang benda yang hilang atau disembunyikan. Namun demikian, pada usia ini pun pencarian yang dilakuka oleh bayi masih terbatas. Karena jika pada saat melakukan pencarian itu bayi dapat menemukan mainan tersebut pada suatu tempat maka ketika bayi mengalami peristiwa yang sama maka bayi akan mencari benda tersebut pada tempat yang sama, dimana benda itu ditemukan pada saat peristiwa yang pertama terjadi, walaupun mainan tersebut di sembunyikan pada tempat lain. Bayi akan mengulangi tindakan yang memunculkan benda ditempat awal daripada harus mencarinya ditempat yang baru.
Stadium Praoperasional
Pada sekitar usia 1 setengah sampai 2 tahun, anak mulai menggunakan bahasa. Kata sebagai symbol, dapat mewakili benda atau kelompok benda, dan satu benda dapat menjadi symbol benda lain. Misalnya jika tongakat dalam permainan seorang anak berusia 3 tahun mungkin dapat dianggapnya sebagai kuda, sehingga mereka dapat menungganginya dan memperlakukannya seolah-olah mereka sedang menunggangi kuda sungguhan sambil berlari-lari atau sebuah balok mereka jadikan sebagai mobl-mobilan.
Walaupun akan usia 3 sampai 4 tahun dapat berpikir dalam pengertian simbolik, kata-kata dan bayangannya masih belum terorganisasi secara logis. Piaget menyebut stadium perkembangan kognitif antara usia 2 sampai 7 tahun sebagai praoperasional, karena anak masih belum memahami aturan atau operasi tertentu. Sebagai contohnya, jika air dituang dari gelas yang tinggi dan sempit ke gelas yang pendek dan lebar, orang dewasa tahu bahwa air tidak berkurang karena mereka dapat membalikkan ransformasi di pemikiran mereka. Mereka dapat membayangkan menuangkan air kembali dari gelas pendek ke gelas tinggi. Sebagai akibatnya, anak pada tahpan ini masih belum mendapatkan konsevasi.
Piaget yakin bahwa cirri utama stadium praoperasional adalah bahwa anak tidak mampu memusatkan perhatian pada lebih dari satu aspek situasi pada suatu waktu. Demikian pula piaget yakin bahwa pemikiran operasional didominasi oleh kesan visual.
Pertimbangan Moral
Perkembangan kognitif tidak hanya mempengaruhi anak tentang dunia fisik, tetapi dunia social pula. Karena pemahaman peraturan moral dan social adalah penting dalam semua masyarakat, Piaget tertarik kepada bagaimana anak memahami peratura tersebut. Ia skeptif bahwa orang tua adalah kuat dalam perkembangan pemahaman tersebut seperti yang dinyatakan oleh teori saat itu. Namun ia menduga bahwa pemahaman anak tentang peraturan moral dan social harus menyesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif secara keseluruhan. Piaget mendasari teori awal di bidang ini pada observasi yang dilakukannya terhadap dua anak yang sedang bermain kelereng. Ia bertanya kepada anak-anak terasebut tentang asal mula, makna, dan kepentingan peraturan permainan yang mereka ikuti. Dari jawaban mereka, ia merumuskan empat stadium perkembangan anak untuk memahami aturan. Dua stadium pertama masuk kedalam periode operasional .
Stadiun pertama timbul pada awal periode operasional saat anak mulai terlibat dalam permainan simbolik. Anak pada stadium ini akan berperan serta dalam sejenis “permainan parallel”, bermain dengan anak lain menggunakan mainan yang sama tetapi tidak dalam cara yang terorganisasi secara social. Setiap anak cenderung mengikuti peraturan idiosinkrtatik, menurut kinginan pribadinya sendiri.
Stadium kedua menempatkan suatu akhir mendadak pada pandangan peraturan yang mudah berubah itu. Dimulai pada sekitar usia lima tahun, anak mengembangkan suatu perasaan kewjiban untuk mengikuti suatu peraturan, memperlakukan peraturan sebagai perintah moral absolute yang dikeluarkan oleh seorang tokoh yang berkuasa kemugkinan oleh orang tua atau Tuhan.
Dari penelitian ini dan penelitian lainnya, Piaget sampai pada kesimpulan bahwa anak pada stadium ini anak memiliki realisme moral, suatu konfusi (kebingungan) antara hokum moral dan fisik. Peraturan moral merupak aspek yang telah ditentukan dan permanen dari dunia-sama seperti hukum gravitasi. Anak pada stadium ini seringkali mengekspresikan pandangan bahwa hukuman akan terjadi-Tuhan akan menghukum mereka atau mereka akan tertabrak mobil. Anak praoperasional tidak membedakan antara kebohongan yang disengaja dengan oprtunistik dan pembesar-besaran atau kesalahan pernyataan yang tidak berbahaya.
Stadium Operasional
Antara usia 7 dan 12 tahun, anak menguasai berbagai konsep konservasi dan mulai melakukan manipulasi dan lain lagi. Merekan dapat menyusun benda-benda berdasarka dimensi, seperti tinggi atau berat. Mereka juga dapat melakukan representasi mental sejumlah tindakan. Anak lima tahun dapat menemukan jalan menuju rumah temannya tetapi tidak dapat menceritakan kepada anda bagaimana cara sampai kerumah kawannya itu atau tidak dapat menelusuri jalan dengan pensil dan kertas, Mereka dapat menemukan jalan karena mereka tahu harus belok ditempat tertentu, tetapi mereka tidak memiliki gambaran keseluruhan tentang rute jalannya. Piaget menyebut periode ini stadium operasional konkret.
Pada sekitar 11 dan 12 tahun, anak sampai pada model pemikiran dewasa, menjadi mampu memberikan penalaran dalam pengertian yang benar-benar simbolik. Piaget menyebut stadium ini sebagai stadium operasional formal. Awal stadium formal juga timbul bersamaan dengan stadium keempat dan terakhir pada pemahaman anak tentang peraturan moral. Anak kecil menunjukkan minatnya dalam membuat peraturan bahkan untuk menghadapi situasi yang belum pernah mereka jumpai. Stadium ini ditandai oleh model ideologis penalaran moral, yang menjawab masalah social yang lebih luas ketimbang hanya situasi personal dan interpersonal.

No comments:

Post a Comment